REFORMASI-ID 🇮🇩 | Kota Bekasi - “Anda ingin menguasai Ilmu Qur’an dan Hadist? Datang saja ke pengajian LDII terdekat atau langsung ke Pesantren LDII di seluruh Indonesia”
Mengaji Qur’an dan Hadist merupakan program pertama dan paling utama dalam LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia). Mengaji Quran dan Hadist dilaksanakan secara rutin 2 – 3 kali dalam seminggu di setiap kelompok pengajian LDII. Biasanya setiap desa / kelurahan terdapat satu kelompok pengajian di bawah koordinasi Pengurus Anak Cabang (PAC) LDII.
Karena banyaknya yang hadir dalam pengajian pada umumnya sudah dipastikan sandal pun banyak yang tidak beraturan atau tidak rapi. Sehingga ketika para jamaah keluar dipastikan juga mereka akan kebingungan mencari sandalnya.
Tapi uniknya para warga LDII yang hadir di pengajian Majelis Ta'lim Baitul A'la ini terpantau satu persatu mulai dari para orang tua, ibu ibu, remaja bahkan anak anak mereka masuk Masjid dengan sandal tertata rapi “parkir mundur”.
H. Marno, salah satu pengurus pengajian di Majelis Ta'lim.Baitul A'la mengatakan, bahwa pelajaran moral seperti di era sekarang ini tidak bisa sekedar dengan pemberitahuan, tapi pembiasaan langsung.
“Banyak contoh praktik yang bisa dilakukan terutama saat kegiatan pengajian maupun ibadah ke Masjid, Seperti hal sederhana menata sandal atau berpakaian sopan dan rapi” ujarnya.
Menurutnya keteladanan sejak dini dan pendidikan karakter seperti ini penting sekali orang tua dan para pengurus memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Di Jepang anak-anak tidak langsung diberi pelajaran matematika, tapi pendidikan karakter sebagai fondasi.
"Keteladanan yang harus ditanamkan sejak dini, seperti dengan ibadah shalat, bersih-bersih, dan membantu orang tua targetnya adalah anak-anak generasi penerus yang Berakhlakul Kharimah, Berilmu dan Mandiri," papar H. Marno.
Sandal tidak akan pernah naik pangkat, secara realita sandal akan selalu diletakkan di bawah, bagian kaki, terinjak, sandal merupakan benteng yang bisa dikorbankan untuk menyelamatkan orang dari kotoran dan terhindar dari najis
"Tentunya ini tidak sekedar kebiasaan yang harus dilatih, tapi juga kesadaran yang harus terus diistiqomahkan. Karena, meski hanya sekedar menata sandal, orang yang melakukannya tidak kemudian menjadi rendah dan hina, namun justru menjadi mulia akhlaknya," pungkas H. Marno.