REFORMASI-ID | Bekasi - Permasalahan sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Burangkeng masih belum bisa diatasi dengan baik, pemerintah setempat diminta untuk bekerja keras mencari solusi. Sabtu, 01 April 2023.
TPAS Burangkeng yang berlokasi di Desa Burangkeng, Kecamatan Setu, menjadi tempat pembuangan sampah se-Kabupaten Bekasi yang sudah beberapa tahun belakangan ini dinyatakan overload.
Berbagai macam permasalahan pun muncul, mulai dari longsor, tercemarnya lingkungan, kemacetan, jalan warga yang dilalui armada sampah, bahkan tuntutan warga Desa Burangkeng akan haknya belum bisa terpenuhi, seperti fasilitas kesehatan untuk warga, dana kompensasi yang belum merata, lingkungan yang bersih, perawatan infrastruktur dan lain sebagainya.
Hal tersebut membuat konflik sosial tersendiri bagi masyarakat sekitar Desa Burangkeng, bahkan imbas dari permasalahan itu menjadi derita tersendiri untuk para sopir truk sampah.
Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bekasi mulai melakukan berbagai strategi untuk memberikan solusi terbaik dari berbagai permasalahan besar yang ada di TPAS, mulai dari perluasan area TPAS, pelebaran jalan walaupun semua itu belum terealisasi.
Tetapi pemerintah juga harus memperhatikan nasib sopir truk sampah yang menjadi salah satu garda terdepan dalam melayani pengangkutan dan pembuangan sampah.
Dari pantauan dilapangan, para sopir truk sampah masih mengeluhkan mekanisme pembuangan sampah yang dinilai lamban.
"Saya tunggu antrian buangan dari jam 8 pagi sampai sekarang sekitar jam 3 sore belum selesai juga," ucap Oj salah satu sopir truk sampah yang hanya menyebutkan inisial saat dikonfirmasi dilokasi antrian buangan sampah pada hari Jum'at, 31 Maret 2023.
Apalagi sekarang, lanjutnya, dengan dibuat peraturan pertanggal 28 Maret 2023, area buangan beroperasi dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore, makin lambat aja buangnya.
"Kita si gak keberatan dengan peraturan itu, tapi kita minta kebijaksanaan untuk mobil yang sudah masuk diarea buangan dihabiskan dulu, jangan ditunda besok lagi buangnya," pesannya.
"Sudah area buangan yang beroperasi hanya satu, kasian kita para sopir sudah berjam-jam tunggu antrian, begitu masuk area buangan waktunya habis, jadi harus nunggu besok lagi," jelasnya.
"Untuk kondisi saat ini, boro-boro kita mau cari tambahan dari ritase, tidak diomelin warga dan keluarga aja uda bagus," ujarnya.
Sebetulnya, tegasnya mengatakan, kita ini serba salah, mau gak kerja bingung ekonomi keluarga, kita kerja jadi beban batin karena sering diomelin warga akibat lambatnya pengangkutan sampah, belum lagi waktu istirahat dan waktu untuk keluarga terganggu, bahkan dijalanan sering kali kita ribut dengan pengguna jalan dan warga karena merasa terganggu dengan kemacetan dan bau yang kita timbulkan.
"Tapi kita juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah setempat yang sudah mau ada pembenahan, walaupun itu belum ada dampak baiknya untuk kita," tambahnya.
"Kita hanya berharap dibuatkan fasilitas yang baik agar buangan sampah tidak ada kendala dan dapat berjalan lancar tanpa harus antri berlama-lama," pungkasnya.
(Red)
,,