Header Ads Widget

Hosting Unlimited Indonesia

Update

8/recent/ticker-posts

Imbas Dari Sistem Pengelolahan TPAS Burangkeng yang Dinilai Tidak Bagus, Petani Burangkeng dan Sumur Batu Gelar Aksi Damai



REFORMASI-ID|Kab. Bekasi - Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Burangkeng, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, kembali menuai kritikan.

Kali ini kritikan tersebut datang dari puluhan petani dari dua wilayah, yaitu Desa Burangkeng dan Kelurahan Sumur Batu.

Aksi damai digelar petani sebagai bentuk kritikan terhadap bobroknya pengelolahan TPAS Burangkeng yang berimbas pada lahan pertanian sekitar. Kamis, 06 Oktober 2022.



Dalam aksi tersebut turut hadir sesepuh petani, M. Hatta, Ketua Prabu PL, Carsa Hamdani, puluhan petani serta perwakilan warga Burangkeng dan Sumur Batu.

Saat dikonfirmasi media, M. Hatta menerangkan, hari ini para perwakilan petani dari Burangkeng dan Sumur Batu, adakan aksi damai terhadap bobroknya sistem pengelolahan TPAS Burangkeng.

"Kami para petani dari dua wilayah, meminta kepada pemerintah setempat meninjau kembali kelayakan TPAS Burangkeng," ujarnya.


Selain itu ia juga mengungkapkan, bahwa petani menjadi korban akibat kurang baik pengelolahan TPAS.

"Akibat pengelolahan yang tidak baik, kali yang berfungsi untuk pengairan ke sawah tersumbat sampah, bahkan sering longsor yang menyumbat aliran air, bukan hanya itu saja, air lindi (air sampah-red) masuk ke sawah membuat tanaman kita gagal panen," tegasnya.

"Kita para petani sudah legowo adanya TPAS ditempat kami, tapi saya tidak terima dengan sistem pengelolahan yang kurang baik, karena itu sangat berimbas sekali kepada kita petani yang ada diwilayah TPAS," imbuhnya.

Hal senada juga terlontar dari Carsa Hamdani, para petani dengan lahan yang luas ini belum berani menggarap sawah, sedangkan kalau menurut waktu, sudah saatnya untuk bercocok tanam padi.

"Kita bisa melihat faktanya dilapangan, bagaimana petani mau bercocok tanam, pengairan saja tidak ada tertutup dengan tumpukan sampah, sedangkan yang masuk kesawah air lindi, jadi petani enggan untuk bercocok tanam, walaupun petani memaksa untuk bercocok tanam, itu akan menimbulkan kerugian yang luar biasa untuk petani," jelasnya.

"Saya berharap kepada pemerintah untuk segera mengambil tindakan yang sifatnya untuk kemaslahatan para petani," pungkasnya.

(Red)