Header Ads Widget

Hosting Unlimited Indonesia

Update

8/recent/ticker-posts

Jokowi ; Kalau Harga BBM Naik, Setuju Nggak?


REFORMASI-ID | Nasional - Presiden Jokowi mengingatkan kalau Indonesia masih impor minyak mentah separuh dari kebutuhan dalam negeri sebanyak 1,5 juta barel per hari.

Sehingga kalau harga BBM di dunia naik, maka pemerintah harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membelinya.

"Kita itu masih impor separuh dari kebutuhan kita 1,5 juta barel per hari (bph) minyak dari luar, masih impor," kata Presiden Jokowi.

"Artinya apa? Kalau harga di luar naik, kita juga harus membayar lebih banyak, supaya kita semua ngerti masalah ini," tambahnya, dalam Peringatan Hari Keluarga Nasional di Medan, Sumatera Utara, (7/7/2022).

Untuk diketahui, saat ini produksi minyak mentah di Indonesia hanya mencapai 700.000 ribu barel per hari (bph).

Sementara konsumsinya mencapai 1,4 juta bph hingga 1,5 juta bph.

Pandemi serta perang antara Rusia dan Ukraina telah menyebabkan harga energi salah satunya minyak mentah naik hampir dua kali lipat dari US$ 60 Per barel menjadi US$ 110-120 per barel.

Presiden Jokowi mengungkapkan, bahwa negara lain sudah menaikan harga jual BBM nya ke masyarakat.

Misalnya Jerman dan Singapura yang sudah mencapai Rp 31 ribu per liter dan Thailand Rp 20 ribu per liter.

"Kita masih Rp 7.650, karena apa, disubsidi oleh APBN," ungkap Presiden Jokowi.

Saat ini Pemerintah terus berupaya agar tidak menaikan harga BBM meskipun beban APBN sangat berat.

Presiden Jokowi mengingatkan, apabila APBN tidak mampu lagi menahan beban subsidi energi maka mau tidak mau harga BBM akan naik.

Penjelasan Jokowi itu sontak membuat tamu undangan yang hadir tepuk tangan. Tindakan itu langsung dihentikan Jokowi dan di situ lah ia bertanya kepada warga apakah setuju jika harga BBM naik.

"Jangan tepuk tangan dulu, ini kita masih kuat dan kita berdoa supaya APBN tetap masih kuat memberi subsidi," ucapnya. 

"Kalau sudah tidak kuat, mau gimana lagi, iya kan. Kalau BBM naik ada yang setuju? Pasti semua akan ngomong tidak setuju," tutupnya.

Sumber : Kanal YouTube Sekretariat Presiden