Header Ads Widget

Hosting Unlimited Indonesia

Update

8/recent/ticker-posts

Miris..!! Nasib Petani Rempah Wilayah Setu Bagaikan Telur di Ujung Tanduk



REFORMASI-ID 🇮🇩| Kab. Bekasi -  Lengkoas salah satu tanaman rempah yang sudah dikenal masyarakat sebagai hasil tani unggulan di Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi. Selasa, 30 November 2021.

Bahkan komoditi eksport mendorong lengkoas Setu menjadi salah satu rempah yang bisa dipasarkan.

Namun nasib yang diterima para petani lokal lengkoas belum berpihak dengan tujuan awal budidaya lengkoas dalam peningkatan ekonomi di Kecamatan Setu.

Kondisi yang terjadi sekarang terus merosotnya harga pasar sehingga membuat para petani rempah masih tetap menderita.

Bukan mendapatkan hasil malah petani yang merugi, perhatian dan penanganan yang serius dari stakeholder menghadapi turunnya harga rempah seperti lengkoas, sereh dan kencur menjadi pertanyaan besar para petani.

Saat awak media mengkonfirmasi, Sandi salah satu petani Desa Muktijaya, Kec. Setu yang sudah aktif selama 15 tahun di pertanian lengkoas, sereh dan kencur menyampaikan anjloknya harga pasar dalam kurun waktu 1 tahun ini.

"Sekarang lengkoas harganya hanya Rp 1000,-/kg, sereh Rp 2500,-/kg dan kencur hanya 10.000,-/kg. Akibat harga yang merosot jauh, kebun yang sudah berumur 2 tahun lebih tidak saya panen, karena beresiko kerugian," ungkapnya.

Sandi juga mengatakan," Peran serta stakeholder sampai saat ini belum dirasakan, bahkan kegiatan tani yang saya lakukan selama ini adalah modal sendiri dan bergerak sendiri tanpa ada bantuan dan campur tangan pemerintah."

"Saya modal sendiri dari awal tanam sampai panen, bahkan pembinaan ke petani dan pemasaran saya lakukan sendiri," tegasnya. 

Yang saya heran, sambungnya, pernah ada  sekitar 10 mobil datang ke rumah saya. Ada yang katanya orang dari dinas, ada juga dari  mahasiswa dan berbagai macam orang, ambil foto dan video kegiatan tani rempah saya. Mulai dari pagi sampai sore bahkan spanduk tulisan usaha saya pun disuruh lepas sama mereka, "ya saat itu saya nurut saja." 

Sandi pun tidak tau apa tujuan mereka. Kegiatan kunjungan-kunjungan semacam itu masih sering terjadi, bukannya mereka datang untuk membantu permasalahan para petani setempat, namun sepertinya  malah numpang dengan berbagai kepentingan mereka melalui usaha yang sudah puluhan tahun Sandi dan warga sekitar jalani. 

"Sebenarnya saya tidak keberatan mereka datang, tapi kenapa sampai saat ini belum ada solusi dari semua permasalahan, keluhan dan kebutuhan petani rempah disini," ujarnya.

Lanjutnya," Saya rasakan saat ini malah harga rempah-rempah kami  terus terjun bebas, kasihan juga para petani rempah  yang lain."

"Kami hanyalah orang tani kampung lahan garapan, jadi dibohongi pun kami tidak tahu," ucapnya.

Ia juga berharap dan memohon keseriusan kepada pihak pemerintah untuk benar-benar membantu baik dalam  pemasaran, pengolahan dan  peningkatan hasil tani rempah mereka. 

"Saya mohon kepada pemerintah untuk segera menaikkan harga hasil tani rempah kami, dengan cara apapun, agar hasil panen yang sedang melimpah ini tidak hancur harganya," pungkasnya.

Dikesempatan yang sama Narman, S.Sos Ketua JPN (Jaringan Pertanian Nasional) Kabupaten Bekasi, saat melakukan pemantauan ke petani rempah menyatakan bahwa sangat  disayangkan potensi petani rempah di kec Setu, Kab. Bekasi yang terkenal sebagai penghasil rempah seperti lengkoas, kencur, sereh dan lain-lain, tidak dapat maksimal dalam memperoleh hasilnya. Justru mereka terus  merugi dengan tidak pernah stabilnya harga pasar.

"Rempah harus segera di dorong dalam peningkatan nilai jualnya langsung dari kalangan petani.  Dengan cara pemanfaatan  teknologi, sistem penjualan, peningkatan kapasitas SDM hingga  perlu diadakannya operasi pasar agar petani rempah khususnya di Kecamatan Setu benar-benar menikmati dan merasakan hasil taninya," tegasnya.

Narman juga mengatakan, dengan melihat fenomena yang terjadi, wacana untuk eksport menjadi keniscayaan jika kenyataan di lapangan baik dalam proses  pengolahan dan pemasarannya pun masih sangat konvensional. 

"Tidak stabilnya harga masih menjadi PR utama para petani rempah untuk segera dipecahkan," tuturnya. 

Ia juga menambahkan," Dituntut keseriusan bagi stakeholder agar dapat saling dukung dan bersinergi dari hulu ke hilir. Bentuk pendampingan yang profesional, massif, transparan dan akuntabel kepada para petani rempah sangat dibutuhkan agar proses  peningkatan SDM petani rempah berjalan seiring perkembangan jaman."

"Proses nyata yang mudah tanpa harus menempuh jalur panjang dan berliku itu yang sangat diharapkan oleh petani," tutupnya.

(Red)