Header Ads Widget

Hosting Unlimited Indonesia

Update

8/recent/ticker-posts

Depresi Akibat Rindu Sosok Ayah, Remaja di Dompu Tewas Gandir


REFORMASI-ID | Kabupaten Dompu – Miris, seorang remaja Wa (14) atau biasa disapa Ad, warga dusun Suka Jaya, desa Kadindi, kecamatan Pekat, kabupaten Dompu, NTB ditemukan meregang nyawa gandir (gantung diri) dengan lilitan tali nylon di lehernya, Rabu (03/02/21).

Kapolres Dompu melalui Paur Subbag Humas Polres Dompu Aiptu Hujaifah dalam keterangannya menjelaskan, kejadian tragis itu diduga lantaran keinginan korban yang sangat ingin bertemu dengan ayahnya. "Hal itu sering ia tanyakan kepada ibunya dan selalu dijawab tidak tahu, sehingga korban mengalami depresi dan memilih mengakhiri hidupnya, korban diduga bunuh diri,” ungkapnya.

Dijelaskan Hujaifah, Korban selama ini tinggal bersama neneknya, Kedua orang tuanya bercerai saat korban berusia 5 tahun dan sejak saat itu ia tak pernah lagi bertemu dengan seorang ayah, "Menurut pihak keluarga dan dilihat beberapa hari terakhir sebelum kejadian, korban sering duduk bermurung diri dan lebih banyak mengurung diri di dalam rumah,” jelasnya.

Lanjut Hujaifah, Peristiwa mengenaskan itu pertama kali diketahui oleh neneknya yaitu Sahri ina Fajri (65) tahun yang tinggal serumah dengan korban, ”Saat itu, nenek korban sedang memasak di dapur, ia mendengar suara sesuatu yang jatuh di dalam rumah,” jelasnya.

Penasaran akan suara itu, sang nenek pun menuju sumber suara. Sampai di dalam rumah, nenek korban sangat terkejut kala melihat cucunya dalam keadaan tidak bernyawa yang masih terlilit tali nylon yang sudah putus. Ia berteriak dan menangis sehingga terdengar oleh tetangga.

“Akibat reriakan itu, warga setempat segera datang dan membantu melepaskan ikatan tali dan mengangkat korban ke tempat tidur," tuturnya.

Sambung Hujaifah, adanya peristiwa itu, Kapolsek Pekat Ipda Muh Sofyan S.Sos bersama anggotanya tiba di rumah duka menyampaikan belasungkawa selanjutnya berkoodinasi dengan pihak keluarga serta melakukan olah Tempat Kejadian Perkara.

“Hasil koordinasi, pihak keluarga mengikhlaskan insiden tersebut sebagai musibah dan menolak untuk dilakukan Visum Et Repertuma," tutupnya. (Chan/Haris)